• Catatan Hariwi
  • Posts
  • Menelisik Reinterpretasi Simbolik Babel dalam Novel Babel

Menelisik Reinterpretasi Simbolik Babel dalam Novel Babel

Babel adalah karya yang kaya akan referensi simbolik, membuat ceritanya begitu dalam akan makna.

Sampai tulisan ini saya publikasikan, rasanya saya masih terus kepikiran tentang bagaimana caranya R.F. Kuang menulis Babel. Sebuah novel yang punya kompleksitas tema, konflik yang intens, gagasan yang kuat (jelas dia ingin membicarakan tentang apa), penuh dengan kedalaman riset—yang jelas ini sangat tidak mudah karena membutuhkan kekayaan literatur tentang sejarah, budaya dan bahasa, lalu mengemasnya dalam dunia fiksi sejarah yang otentik berbalut elemen fantasi yang menakjubkan.

Rasanya saya juga tidak keberatan jika ada orang atau media yang menyebut novel Babel karya R.F. Kuang sebagai karya yang fenomenal. Itu harga yang pantas untuk kerja kerasnya menuliskan karya ini.

Ini adalah karya R.F. Kuang pertama pertama saya baca, dan begitu memikat. Setelah ini saya janji akan membaca karya-karyanya yang telah lebih dulu eksis: Yellowface dan trilogi The Poppy War.

Novel Babel karya R.F. Kuang

Babel Karya R.F Kuang. Shira Media.

Babel, karya R.F. Kuang adalah novel fantasi yang menggabungkan tema kolonialisme, bahasa dan kekuasaan. Ceritanya berpusat pada karakter pemuda bernama Robin Swift, seorang anak yatim piatu asal Kanton, Cina, yang hampir mati karena wabah kolera kemudian diselamatkan dan diadopsi seorang laki-laki kulit putih yang membawanya ke Inggris dan menempuh pendidikan di Universitas Babel, sebuah institusi pusat studi penerjemahan bahasa dan sihir berbasis perak dan bahasa di Oxford.

Babel, saya rasa patut dijadikan sebagai karya pembelajaran dalam artian makna yang universal dan juga dalam konteks penulisan kreatif. Dalam konteks tulisan ini, saya menulis sebagai catatan untuk belajar membuat cerita yang memikat. Jadi, dalam tulisan ini jelas akan ada spoiler terhadap konflik dan karakternya. Kalau kamu belum membaca novel Babel, saya sangat menyarankan kamu untuk membacanya dulu. Novel ini juga sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Shira Media.

Bahasa bukan sekedar kumpulan kata-kata. Melainkan cara memandang dunia. Bahasa adalah kunci peradaban. Dan pengetahuan itu layak dipertaruhkan dengan nyawa.

Anthony Ribben

Daftar Isi

Babel Sebagai Monumen Keangkuhan Manusia

Kuang tidak sembarangan memilih Babel sebagai pusat latar ceritanya. Babel dalam hal ini, bukan Babel yang terdapat dalam kisah-kisah tradisi agama Abrahamik, sebuah bangunan di kota Babilonia Kuno, bagian dari peradaban Mesopotamia. Namun, jelas Kuang mengambil simbolisasinya. Menara Babel dalam kisah-kisah yang beredar adalah simbol atas keangkuhan manusia.

Babel dalam cerita Kuang adalah sebuah universitas yang terletak di Oxford, Inggris, yang desain arsitekturnya berupa menara yang megah, pusat dari segalanya, berlimpah sumber daya manusia terbaik dari berbagai bangsa dan pengetahuan atas dunia. Tempat di mana cipta perak dibuat oleh para sarjana, sebuah benda magis yang dibuat memanfaatkan perak dan bahasa. Babel adalah inti dari imperium Inggris.

Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, Menara Babel terkait erat dengan kisah awal mula manusia memiliki banyak bahasa, yang pada masa itu, manusia hanya menggunakan satu bahasa, kemudian membangun kota Babilonia dan mendirikan menara yang tingginya mencapai langit. Tuhan melihatnya sebagai bentuk kesombongan, kemudian Tuhan menghancurkannya, memporak-porandakan, dan mengacaukan bahasa manusia hingga manusia tercerai-berai, tidak lagi memahami satu sama lain. Akhirnya penduduk kota itu menyebar ke seluruh bumi dan membangun koloni-koloninya sendiri.

Dalam tradisi Islam, Menara Babel tidak banyak disebutkan secara subtil, namun menariknya Babilonia diyakini terkait dengan kota kelahiran Nabi Ibrahim, bapak para nabi, dan kisahnya berselisih dengan Raja Namrud penguasa Babilonia yang begitu congkak, yang meyakini dirinya sebagai Tuhan, yang dapat menguasai kehidupan dan kematian, Al Baqarah (2:258). Sifat ini secara tersirat amat jelas melekat dalam pribadi profesor-profesor Babel dalam novel Kuang, yang memandang rendah derajat rendah bangsa lain, dan hanya ingin mengeksploitasi kekayaannya (dalam hal ini perak dan bahasa) untuk kejayaan diri sendiri dan Imperium Inggris. 

Babel juga tercatat dalam Al Baqarah (2:102) yang menceritakan Babilonia sebagai kota sihir, dan ya, Babel dalam cerita Kuang adalah sumber sihir, diciptakan dari batang-batang perak yang diukir sebuah kata dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya di sisi yang lain. Distorsi dari penerjemahan dua kata itu menciptakan sebuah keajaiban yang dapat digunakan dalam berbagai hal. Produksi cipta perak ini yang membuat Inggris menjadi Imperium tidak terkalahkan.

Jelas kalau Kuang mengambil inspirasi dari kisah-kisah Babel dalam agama Abrahamik, bahkan ini ditekankan sebagai elemen motif cerita. Kamu bisa baca kok, kalau Kuang memang menyisipkan cerita tentang menara Babel dalam tradisi Yahudi dan Kristen dalam Novel ini. Tapi yang menariknya, Kuang juga melakukan reinterpretasi simbolik atas Babel dari kisah tradisionalnya.

Pada awalnya komunitas manusia hidup dalam satu bahasa di Babilonia, mereka membangun menara Babel dan Tuhan menghancurkannya, mengacaukan bahasa dan membuat manusia menyebar ke seluruh bumi sehingga terjadi penyebaran linguistik, begitu dalam kisah Yahudi-Kristen (Israiliyat dalam pandangan Islam), Kuang melakukan inversi dari kisah ini. Dalam Novel Babel adalah sebuah institut penerjemahan, anak-anak dari berbagai bangsa “dikumpulkan” dan “dididik” untuk melakukan penerjemahan dan penelitian atas bahasa-bahasa, melakukan eksplorasi linguistik untuk kepentingan imperialisme. Babel menjadi metafora kekuatan kolonial yang menggunakan kekuatan dari keragaman bahasa untuk mengeksplorasi dan menaklukan dunia. Menara Babel diubah dari simbol pemisahan menjadi alat kontrol kekuasaan imperium, ini menjadi sebuah refleksi distopia yang menarik. Dan ini baru sebatas sebagian konsep world building dari kisah Babel.

Tertarik dengan pembahasan di konten ini?

Konten ini gratis, tapi kamu harus subscribe dulu untuk baca. | Jangan lupa cek inbox email untuk konfirmasi.

Already a subscriber?Sign In.Not now

Reply

or to participate.